Freelancer is Not A Rockstar!

Freelancer is Not A Rockstar

Freelancer is Not A Rockstar

(Tulisan ini merupakan resume dari presentasi berjudul sama pada acara Freelancing Done Right! di Cafe Au Lait, Sabtu 21 Maret 2009 yang Saya bawakan bersama rekan Saya Ardy Muswardi)

Bila dilihat sepintas, mungkin ada anggapan bahwa begitu enaknya bekerja menjadi seorang freelancer. Tidak terikat waktu, tidak harus bermacet-macetan pergi/pulang kantor, bisa bekerja dari mana saja (bahkan sambil ngopi2 di cafe) dan mendapat klien dari luar negeri dengan bayaran dollar. Seolah-olah hidup freelancer layaknya seperti seorang rockstar. πŸ™‚ Apalagi ada sebuah website freelance terkenal menerbitkan buku berjudul ‘Rockstar Freelancer’, rasanya makin banyak freshgraduate yang tergiur untuk menjadi freelancer, khususnya di bidang design grafis, programming dan teknologi informasi.

Namun apakah benar demikian? Sebenarnya, freelancer is not a rockstar. Paling nggak, tidak sepenuhnya benar. Bila keuntungan-keuntungan yang Saya sebutkan di atas dipandang mirip dengan gaya hidup seorang rockstar, ya mungkin bisa dikatakan being a rockstar is part of freelance lifestyle! πŸ™‚ Tapi harus dicermati bahwa itu semua tidak dicapai dalam waktu singkat dan sekejap. Menjadi freelancer merupakan pilihan yang harus dipertimbangkan matang-matang. Ada sederet cerita di belakangnya (yang hampir bisa dipastikan jauh dari enak) dan hal-hal yang harus dipersiapkan agar bisa menjadi freelancer yang baik.

 freelancer is not a rockstar - marketeer.kapost.com

freelancer is not a rockstar – marketeer.kapost.com

Untuk selengkapnya silahkan mendownload presentasi “Freelancer is Not A Rockstar” di sini.

Satu materi yang tidak sempat kami share di acara tersebut (karena keterbatasan waktu dan hal lain-lain) adalah mengenai sebuah disertasi yang ditulis oleh Luciana C. Dambies, seorang mahasiswi Indonesia yang mengambil jurusan Design Management di Northumbria University, UK. Kebetulan Saya (beserta seorang rekan lain dari Indonesia – Viking Karwur) waktu itu diminta menjadi narasumber disertasi yang berjudul “How to Manage Graphic Design e-Business” tersebut. Setelah meminta izin dari penulisnya langsung, Saya pikir ada baiknya bila disertasi tersebut Saya share juga sebagai bahan referensi bagi yang berminat menekuni dunia freelancing secara lebih serius. Versi PDF dari disertasi Luciana bisa di-download di sini.

 freelancer - cashoverflow.in

freelancer – cashoverflow.in

Note: Thanks to Aria, Chandra dan Ollie. Juga untuk Satya dari Koprol.com, Catur dan Pitra dari komunitas FreSH!, Andi dari komunitas Linux Indonesia, Viking dan Andrayogi dari WebPM dan Bayu dari Creativectors. Juga thanks untuk semua peserta acara.

 

Baca Juga :

 

Share pengalaman Anda disini dan update artikel menarik ruangfreelance dengan berlangganan RSS, email, dan twitter.

16 Comments

  1. H

    Thanks Anggi + RF! In case ada yang kurang jelas dari presentasi itu, mari kita diskusikan di sini. Sebisa mungkin gue dan Ardy akan jelasin.

    Regards,
    H

  2. Yofie Setiawan

    Kalau saya justru mendapat inspirasi dari presentasi ini bahwa seharusnya saya bisa sedikit bergaya hidup rockstar dengan menjadi seorang freelancer, karena selama ini saya hanya duduk di kamar yang pengap karena belum ber AC, apalagi kalau siang, selalu panas nya minta ampun, nah skrg saya coba kalau siang cari tempat yang bisa browsing dengan wifi free… yah bayar minum dan makan, seadanya aja… dah malem baru pulang hehe… sometimes gaya hidup rockstar yang dimaksud perlu jg kali ya dijalani, supaya tidak stress atau terus berada dalam tekanan pekerjaan. Our life is short, enjoy your life, right? in a right way of course…

    But kenapa temanya dengan judul Rockstar ya? kan rockstar itu anak band hehe… saya pernah baca ada seorang pixel artist yang juga personil band… siapa ya lupa saya haha… kalau graphic designer yang jadi artis kan ada christian sugiono hehehe…

  3. H

    Hahaha… judul presentasi ini cuma metafora, sedikit men-twist isu yang cukup populer (bener dari buku yang disebut Rio itu), supaya menarik. Intinya sih bahwa kalo mo jadi freelancer itu jangan dipandang enaknya doang, tapi harus ada usaha dan persiapan yang matang…

    Syukur banget kalo akhirnya sebagai freelancer bisa bergaya hidup rockstar atau ada rockstar beneran yang kebetulan juga jadi freelancer.. he he.. πŸ™‚

  4. thmd

    hehe.. thx infonya pak de harry.. saya nubie jg niy hehe.
    tp bener deh spt yg dbilang pak de.. kl menjadi freelancer itu ga seenak yg diliat orang.. tetangga2 saya tiap mrk pergi kerja.. mesti ketmu saya didepan rumah bersama, istri dan anak… dan ketika mrk pulang kerja jg mest ktmu saya dan keluarga.. dan mrk sll bilang.. “waa enak ya kerja gitu.. drumah dpt duit dollar..” blah!! mrk gtau kl saya bobok nya cuman 3jm tiap harinya.. dan kerjanya lebih berat dr tetangga saya yg PNS πŸ˜›

    mrk ga pernh mikir.. kl kerja Freelance = Membuat perushaan sendiri… alias apa2 sendiri..

    hehe

  5. H

    Sama2.. wah Amenth mah udah nginternasional, dah bukan nubie lagi.. πŸ˜‰

    Hehe.. bener tuh,disamping anggapannya melulu enak, kadang juga suka dipertanyakan. Malah ada salah satu temen aku yang dikirain pelihara jin, dsb. Soalnya nggak pernah ngantor, dirumah terus, tapi bisa beli ini-itu.. πŸ˜€

    Jangan-kan tetangga, kadang dari keluarga aja suka mempertanyakan, apalagi kalau kulturnya masih rada2 ‘tradisional’. Yang masih pacaran juga dijamin ‘agak susah’ menjelaskan status ke camer.. πŸ˜€

  6. Bayu

    Salut, acaranya berjalan dengan lancar walaupun kurang nampol pertanyaan dari pesertanya kemaren…

    Tapi semangat mau jadi freelancer pada oke juga, walaupun ada yang nyasar masuk seminar para desainer yah πŸ˜€

    Sekali lagi salut buat panitia… to Aria, nice!

  7. taufiq

    Setuju Banget !!!!!!!
    Perlu banting tulang belulang untuk sampai akhirnya menikmati πŸ˜€
    em “How to be a Rockstar Freelancer” Great Books menurut gue, loved this book very much !!! but once again “don’t judge book by the cover ” si collis ngejabarin poin2 yang sangat puanjanggg buat jadi “Rockstar” so bukan berati instanly langsung enak.

    Gue jadi inget butuh beberapa tahun sampe akhirnya design gue dibayar he3x… sebelumnya gratis…tis…tis..
    other point yang gue sangat setuju adalah penting juga untuk tahapan Employment sampae akhirnya single fighter baru melebarkan sayap ke entrepreneurship.

    Presentasinya keren banget om H, jadi makin ngiri gue kemarin ga ikut πŸ™ hix…hixx
    om H ada prvt lesson ga nih?? ha3x…
    Keren om

  8. H

    Thanks Taufiq. Senang kalau presentasi kita bisa bermanfaat. Private lesson? Walah.. apa yang mo di-private-in, everything’s out there kok sebenernya.. πŸ™‚

  9. Yofie Setiawan

    betul, setuju! pengalaman adalah guru terbaik… orang cepat belajar dari kasus haha… wah kalau saya masih dalam masa single fighter kalau dalam presentasi pak h…. bagaimana langkah2 utk naik tingkat dari single fighter ke enterpreneur? apakah seorang enterpreneur tidak bisa lagi menjadi single fighter?

  10. zaM

    KALAU udah dapet klien2 besar dengan order2 besar dan kita bisa share pekerjaan bersama team, dan JIKA semua sudah termanage dengan rapi dan berjalan konsisten, baru kita bisa merasa jadi ROCKSTAR

    sebelum itu semua
    persiapkan energi kita, siapkan pula jiwa dan raga kita, waktu kita, semua dimulai secara underground, dengan sering begadang, sampai sering pegal-pegal punggung kita, tak jarang juga sakit mungkin 1 bulan sekali, karena hampir 24 jam di depan pc/notebook

  11. H

    @Yovie:
    Humm.. entrepreneur ya? Personally gue masih awam sama istilah itu. Seperti gue bilang di event kemarin, Digitalgrafis juga masih terlalu dini untuk dibilang sebagai sebuah entreprneurship, masih blom ada apa2nya.. πŸ™‚ Tapi kalo emang mau menuju ke sana gue pikir harus melalui tahapan kolaboratif dulu. Coba bekerja dengan berbagai pihak, make partnership dan sejenisnya. Kalo liat di Wikipedia, disebutkan: “combines land (aset), labour (workers/pekerja), and capital (money)”, so menurut gue entrpreneur ya nggak bisa single fighter lagi dong.

    @Zam:
    Betul Zam, sebelum bisa ‘bergaya hidup rockstar’ emang harus kerja keras dulu. πŸ™‚

  12. tredi andrasa

    @Om Harry:
    Betul om, rome wasn’t build in a day hehe…
    tapi kayanya nikmat kalo idup bujangan rockstar bisa diterusin ampe pensiun ntar hehehe, thanks God I live in this century πŸ™‚

    *rockstar disini bukan gila hedon2 amat, cuma pas2an aja..mau ini itu pas ada rejekinya hehehe

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *