Tips Menentukan Biaya Kerja bagi Freelancer: Tarif per Jam dan Tarif per Proyek

Sebagai freelancer, terkadang kita ragu menentukan tarif. Apalagi kalau masih merambah di bidang baru. Pertanyaan ini selalu menghantui: seberapa banyak nominal yang harus ditagihkan kepada klien? Kini jangan bingung lagi menentukan tarif. Gunakan tips berikut sebagai panduan menghitung tarif yang paling ideal buatmu.

1. Menentukan tarif per jam dengan rumus

Menentukan tarif per jam dengan rumus

Menentukan tarif per jam dengan rumus

Rumusmya cukup sederhana. Pertama, kamu akan perlu terlebih dahulu menentukan target pendapatan bersih tahunan. Misalnya dalam satu tahun kamu menargetkan pendapatan Rp50.000.000.

Kedua, jangan lupa hitung juga biaya pengeluaran, seperti pengeluaran untuk listrik, internet, iklan bisnis, dan biaya lain-lain yang berkaitan dengan pekerjaan. Layaknya karyawan sekaligus bos untuk diri sendiri, freelancer juga perlu mencadangkan ‘tunjangan kesehatan’ dalam satu tahun. Misalkan jumlah biaya tambahan ini sebesar Rp15.000.000.

Ketiga, hitung perkiraan kasar total target pemasukan per tahun dengan menambahkan target pendapatan bersih dengan  biaya pengeluaran tahunan, yaitu Rp50.000.000 + Rp15.000.000 = Rp65.000.000.

Keempat, kalkulasikan berapa lama jam kerja efektif kamu dalam satu tahun. Misalnya kamu menentukan 5 hari kerja, sehingga dalam setahun ada total 260 hari kerja. Dengan jam kerja 8 jam per hari, maka dalam satu tahun total jam kerjamu 2080 jam. Tapi perlu diingat bahwa kamu juga perlu liburan. Rata-rata libur nasional dan cuti bersama di Indonesia ada 20 hari dalam satu tahun, artinya jam terbangmu dikurang 160 jam untuk liburan ini.

Nah, selain libur nasional kamu juga akan membutuhkan liburan ‘pribadi’, kan? Misalnya 10 hari dalam satu tahun, yang berarti jam terbang kamu berkurang 80 jam. Bagaimana kalau kamu sakit dan ada keperluan mendadak lainnya? Sisakan beberapa hari untuk ini, misalnya 5 hari, artinya jam terbangmu berkurang lagi 40 jam. Jadi total jam terbang kamu dalam satu tahun ada 1800 jam.

Perlu diingat juga bahwa sebagai freelancer, waktumu yang tersedia itu tidak sepenuhnya kamu habiskan untuk mengerjakan proyek. Ada keperluan lainnya yang tidak terhitung sebagai pekerjaan berbayar, seperti interaksi dengan klien, meeting, dan terkadang revisi. Maka, sisakan 25% dari waktu itu untuk keperluan kerja yang tidak terhitung dalam bayaran ini. Jadi, sekarang total waktu aktifmu untuk bekerja hanya 1350 jam per tahun.

Kelima, hitung tarif per jam dengan rumus: target pendapatan tahunan/jumlah jam aktif. Dengan acuan contoh di atas, kita mendapatkan tarif: Rp65.000.000/1350 jam= Rp48.000/jam.

 

Baca juga:

 

2. Menentukan tarif per proyek

Menentukan tarif per proyek

Menentukan tarif per proyek

Menghitung tarif berdasarkan jam kerja yang kita habiskan memang lebih mudah, dan lebih fair untuk kita. Namun faktanya klien terkadang lebih suka penghitungan tarif per proyek dibanding tarif per jam. Tarif per proyek lebih memudahkan bagi klien untuk memperkirakan dengan pasti berapa harga yang harus dia bayar ketika perkerjaan selesai, sehigga tidak ada kejutan di belakang. Padahal, setiap perkerjaan memiliki kadar kesulitan yang berbeda sehingga membutuhkan jangka waktu yang berbeda untuk menyelesaikannya. Lalu bagaimana mencari jalan tengahnya?

Tarif per proyek dapat dihitung dengan cara memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu proyek tersebut kemudian dikalikan dengan acuan tarif per jam yang telah kamu buat sebelumnya. Misalnya, kamu memperkirakan pekerjaan itu akan selesai dalam 5 jam, maka tarif proyek tersebut: Rp48.000 x 5 = Rp240.000. Dengan begini, meski sebenarnya kamu memakai acuan per jam, klien langsung mengetahui besaran biaya yang harus dia bayarkan. Hanya saja, kamu perlu agak repot memperkirakan jumlah waktu pengerjaan proyek sebelum menyatakan kesepakatan dengan klien. Perhitungan ini pun harus akurat, karena jika jamnya kurang kamu yang rugi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *