Mitos Tentang Inspirasi dan Semangat (1)

shutterstock_180424877

Freelancer Image via Shutterstock

Inspirasi dan semangat adalah makanan sehari-hari para freelancer. Tanpa keduanya, para freelancer itu akan hancur, kering ide, dan semakin tidak produktif. Tetapi yang menjadi pertanyaan untuk dirimu sendiri adalah: apa yang akan terjadi ketika semangat dan inspirasi itu lenyap? Apa yang akan kamu lakukan terhadap proyek yang sudah kamu kerjakan dalam empat bulan terakhir dan ternyata tak lagi menarik bagimu? Jika kamu sudah merasakan jungkir baliknya menyelesaikan sebuah proyek, maka kamu akan tahu bagaimana frustrasi dan sakit yang saya maksud. Betul kan? Kamu tahu semua hidup sudah berada di jalannya dan gairah bekerja yang kamu jalani akan dengan mudah menghilang. Kemudian ketika kamu mulai mencari desain yang lebin tinggi, nah itulah momen yang akan membuatmu tertawa konyol terhadap diri sendiri. Pernah?

Para Ahli dan Renungannya

Jika hal itu sesederhana bekerja saat memikirkan bahwa kamu ingin menjadi pekerja seni, tetapi nyatanya kamu tak perlu sampai harus bertanggung jawab dengan semua perenungan itu. Kamu adalah seorang desainer dan hidup berdasarkan semua kenyataan yang selalu tetap sama. Makanan membutuhkan uang untuk membelinya. Menyewa rumah tak bisa kosong melompong, pasti membutuhkan perabot minimal kasur dan meja. Betul? Intinya sih, kita tetap harus bekerja, entah tepat saat kita mendapatkan inspirasi atau tidak. Dalam dunia yang sempurna, kita hanya mengambil pekerjaan yang menyenangkan bagi kita, tetapi dalam kenyataanya kita tak selalu mampu dan pantas untuk kemewahan itu. Bahkan jika proyek dari awal nampak mengalir lancar, tak ada garansi bahwa selama delapan minggu selanjutnya kegembiraan penuh binar-binar itu akan tetap ada.

Seorang desainer bijak berkata, “Tak ada klien atau proyek hebat, yang ada hanya desainer hebat.” Apa maksudnya nih? Saya pikir hal ini maksudnya adalah kita harus tetap berjuan untuk membuat yang terbaik meski itu adalah sebuah proyek biasa. Ya, memang mudah bicara tentang hal ini, tetapi saya sadar bahwa hal ini ternyata benar seiring dengan perjalanan sebagai freelancer yang saya pilih. Kamu?

Target Pribadi Menjagamu Tetap Melangkah

Tahun ini saya memiliki beberapa target. Pertama adalah membeli dengan cara mencicil satu unit apartemen. Gaya ya? Beberapa pertimbangan membuat saya memikirkannya sejak dua tahun terakhir ini. Kedua adalah menerbitkan lagi minimal satu buku pribadi dan satu buku keroyokan (antologi bareng teman-teman). Sepertinya semua target itu hanya ada dalam dongeng dan saya mencoba untuk agak memutar dalam perjalanan menuju karir impian. Maksudnya sih, agar saya tetap termotivasi dan menemukan cara lain untuk tetap maju. Sok iye? 😀

Berapa orang yang kamu kenal baru saja memulai menulis sebuah buku? Pasti banyak, kan? Beberapa masalah akan memudar dalam waktu singkat saat kamu menemukan hal baru: proyek lainmu. Ya sama dengan para penulis itu. Awal kegembiraan dan semangat perlahan menghilang dan kamu bergerak untuk membuat obyek baru lebih berkilau. Kamu pasti suka seperti itu. Saya dapat mengangkat tangan dan berkata, “Ya, saya berhasil menyelesaikannya.” Tentu tak hanya sekali atau dua kali, tetapi beberapa kali. Ya, saya sudah tak bisa menghitung berapa proyek yang selesai dan juga beberapa buku yang sudah-dimulai-tapi-tak-pernah-dituntaskan. Don’t even ask me why.

Angkat tangan yang pernah mencoba menulis buku, blog, atau buku harian saat sudah dewasa? Anyone? Untuk siapa pun yang cukup berani menangkat tanganmu – berapa banyak yang menyelesaikan bukunya, atau melanjutkan nge-blog atau menulis buku harian? Sepertinya banyak tangan yang menghilang 😀
Sulit ya? Semua berjalan sesuai iramanya dan tentu saja memperlambat inspirasimu tak menolong sama sekali. Masalahnya adalah inspirasi dan semangat saja tak cukup membawa kita ke garis finish.

Dari Inspirasi Ke Kebutuhan

Seseorang pernah curhat bahwa urusan mendesain dan dan meluncurkannya pada khalayak relatif mudah. Dari mulai konsep hingga peluncuran sekitar enam minggu dan mungkin sedikit agak lama. Dia tak pernah punya waktu untuk benar-benar melupakan tujuan akhirnya: meluncurkan desain aplikasi itu. Sekarang, sekian lama setelah dia merasa lahan inspirasinya tertutup, perang sesungguhnya dimulai. Dia harus menjaga disiplin untuk tetap memaksanya bergerak. Harus tetap berpromosi dan meningkatkan pelayanan. Dia juga membutuhkan paksaan untuk tetap menulis blog. Itu pasti sulit. Inspirasi dan semangat telah berpindah tempat dan berubah menjadi sesuatu yang lain, yang benar-benar berbeda. Inspirasi telah bermetamorfosis menjadi kebutuhan. Dia merasa harus membuatnya bekerja dan berguna.

Turn Up, Regardless

Jadi, kalau semangatmu terjun bebas, harus gimana? Mengapa harus memaksa mempertahankan semangatnya? Gak usah peduli dengan proyek yang sedang berjalan? No, I don’t think so. Pertahankanlah karena toh kita gak kehilangan tujuan awalnya. Target sudah jelas, sudah ditulis dan dirincikan, plus sekaligus dicetak (bahkan mungkin berserakan di meja kerja). Jadi, setiap hari, lanjutkan untuk mengerjakan sisa progres dari proyekmu, dan bayangkan apa yang akan dan bisa terjadi. Semangat itulah yang membawa kita menuju target yang sudah tergantikan dengan keinginan untuk meraih akhir tujuan. Nyatanya, saya sendiri tak mau menunggu dengan hanya duduk manis dan bagaimana pun juga saya harus bangkit dan bekerja.

Kita lanjutkan ke bagian kedua ya!

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *