Hukum freelancer: tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan

business conceptual

Judul diatas merupakan salah satu pemikiran saya dan mungkin diamini oleh beberapa teman-teman freelancer. Terinspirasi dari kalimat-kalimat pada hukum fisika demikianlah kiranya dengan freelancer. Makin produktif seorang freelancer maka tentu penghasilan akan makin baik juga. Berbeda dengan pegawai yang belum tentu memperoleh bonus sekeras apapun dia bekerja bulan ini, karena tetap yang diterima di akhir bulan adalah gaji tetap dia. Makin produktif seorang freelancer maka makin cepat sebuah projek selesai dan makin cepat dia dapat mengerjakan projek lain. Hasilnya tentu makin banyak projek terselesaikan makin banyak juga penghasilan yang diterima.

Hukum freelancer: tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan - freedesignfile.com

Hukum freelancer: tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan – freedesignfile.com

Tapi terkadang seorang freelancer memiliki hambatan yang sangat besar berkaitan dengan produktifitas. Kenapa? Karena hal-hal yang terkait dengan produktifitas merupakan tanggung jawab pribadi. Berbeda dengan di perusahaan ada bagian pengembangan sumber daya (HRD) yang bertanggung jawab dengan tingkat produktifitas pegawai. Mulai dari pelatihan, lingkungan kerja, kenyamanan, dan sebagainya adalah tanggung jawab dari departemen sumber daya. Pegawai tinggal mengikuti apa yang diperintahkan oleh HRD dan diharapkan produktifitas dapat meningkat.

Berbeda dengan freelancer dimana tingkat disiplin pribadi, keinginan untuk lebih produktif, dan kecerdasan dalam melakukan pekerjaannya menjadi hal penting dalam meningkatkan produktifitas. Semua itu merupakan tanggung jawab pribadi bukan orang lain. Kemampuan untuk me-manage diri sendiri, menghilangkan hambatan, dan melakukan pekerjaan dengan cara tepat yang efektif dan efisien merupakan hal mutlak yang diperlukan untuk meningkatkan produktifitas pribadi.

me-manage diri sendiri -Hukum freelancer: tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan - mamikos.com

me-manage diri sendiri -Hukum freelancer: tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan – mamikos.com

Tahukah anda kalau faktor kebiasaan merupakan hal penting yang dapat mengubah jalan hidup anda? Sesuatu yang kita biasanya akan membantu kita untuk melakukan sesuatu lebih mudah. Seorang penjual keliling mampu memikul dagangannya tiap hari keliling kampung tanpa berkeluh kesah, dan belum tentu orang lain dapat melakukannya. Demikian juga dengan freelancer, dengan membiasakan diri untuk melakukan sesuatu dengan disiplin dan baik maka diharapkan pekerjaan dapat kita kerjakan dengan mudah.

Bersyukurlah anda bila anda telah menempuh jalan menjadi seorang freelancer dan anda dapat bertahan dan yakin bahwa profesi inilah yang menjadi jalan hidup anda. Karena dengan demikian anda telah membuka kesempatan untuk memperoleh penghasilan yang pantas atas kerja kerja keras anda. Anda memiliki kesempatan untuk menikmati kerja keras anda. Tidak seperti pegawai yang disuapi dengan gaji bulanan yang sifatnya tetap sekeras apapun mereka bekerja. Anda dapat menikmati hidup anda dan mengatur hidup anda sendiri karena “You are the boss, not someone else!”. Bukan menjelek-jelekkan profesi pegawai tapi kalau pilihan ada ditangan anda bukan di orang tua, keluarga, tuntutan ekonomi, dan hal lainnya yang menuntut anda harus menjadi pegawai kenapa anda tidak melakukan pekerjaan yang anda senangi dimana segala sesuatunya bergantung pada diri anda sendiri. Bukan bergantung pada bos anda, atau orang lain.

 

Baca Juga :

 

Nantikan tulisan berikut saya yang akan menulis bagaimana anda dapat lebih produktif dan mendapat penghasilan lebih agar hukum freelancer “tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan” dapat anda rasakan. Mohon komentar teman-teman untuk tips dan sarannya disini bagaimana anda bekerja lebih produktif. Jadi ditulisan berikut bisa dirangkum menjadi kumpulan tips menjadi produktif. Thanks!

20 Comments

  1. Diar A.

    Betul sekali, Mas Yohan. Freelancer serupa dengan bapak-bapak/mas-mas/ibu-ibu penjual keliling. Kalau gak pergi dan keliling, yah kemungkinan besar gak dapet ‘gaji’. Freelancer kalau hari ini gak kerja, yah hari itu juga gak dapat ‘gaji’, dan hari besok tergantung kerja atau gak.

    Terima kasih atas postingan pengingatnya 🙂

    • yohan

      Setuju, kejenuhan sangat mengganggu, apalagi kalau yg kerja sendiri di kamar seperti saya… Terkadang saya senang liburan terutama ke pantai. Kalau nggak berganti-ganti tipe kerjaan misalnya sekarang bikin themes WordPress besok-besok bikin aplikasi web.

  2. Dolly Aswin Harahap

    Kejenuhan bisa diatasi dengan mencari project2 yang lebih menantang.

    “Kerja lebih dan hasilnya lebih”, itu sudah hukum alam. Nah, yang menjadi tantangan adalah, “kerja dikit tapi hasil tetap lebih” 😀

    Saya rasa melengkapi diri dengan berbagai sertifikasi adalah salah satu jawabannya.

    Kalau biasa kerja 40 jam seminggu, mungkin dengan adanya sertifikasi cukup dengan kerja 20 – 30 jam seminggu, tetapi hasil sama dengan kerja 40 jam seminggu.

    Karena rate untuk engineer yang punya sertifikasi lebih tinggi dari engineer yang tidak punya sertifikasi, walau kadang kala skill keduanya sama dan tidak tertutup kemungkinan yang tidak punya sertifikasi lebih punya skill dari yang punya sertifikasi.

  3. sofwan

    @Dolly : Sertifikasi, bisa juga menaikkan rate kita, di samping portfolio yang ada dan segment client yang kita pilih.
    Jika Client kita corporate besar, nilai project bisa 4 kali lipat di banding ukm atau perseorangan dengan project yang sama.

    Selain itu, outsource. Kita bisa nanganin lebih dari 2 proyek dalam waktu bersamaan, dengan outsource tentu nya. Kita dapat bagian, rekan lain juga dapat.

    Dan juga jangan di lupakan, menurut saya, jangan mau hanya terus menjadi freelancer seumur hidup, target selanjut nya adalah pemilik perusahaan yang bisa sekaligus freelancer juga.
    Pemilik perusahaan bisa berpenghasilan besar dengan hanya sedikit/tanpa berkerja.

  4. yohan

    Wah banyak jalan untuk meningkatkan penghasilan dengan bekerja lebih sedikit.. Nice 🙂

    Kalau mengenai meningkatkan produktifitas liat dari komentar sebelumnya baru nemu salah satunya menghilangkan rintangan seperti kejenuhan. Teman-teman punya tips lain mungkin?

  5. Soep Riyanto

    Buat meningkatkan produktifitas, bisa juga dengan menambah teman / links. kadang kita mendapat job yang lebih baik justru dari calon klien yang menolak kita pertama kali.

    misalnya, walnya kita tawarkan website, mereka menolak, karena mereka butuh aplikasi desktop, yang notabene nilai kontraknya bisa berlipat ganda!

    jadi tetap optimis!!

  6. sofwan

    Ada tambahan, untuk meningkatkan produktifitas dan dengan usaha yang sedikit (tapi tetap halal). Yaitu, membuat produk. Buat sekali dan pasarkan berkali-kali dengan tanpa perubahan atau sedikit perubahan dan dengan harga yang sama, walau dapat lebih murah, karena di pasarkan massal.
    Misal : Ms.Windows, buat nya sekali, di pake berjuta-juta orang.

    Bisa juga harga produk bisa tetap tinggi, karena kita tidak hanya menjual produk, tetapi solution business.
    Misal : Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Akademik. Jual produk + jasa konsultasi , training, dll.

    • yohan

      Dari dulu pengen bikin produk, tp selalu merasa ga punya waktu dan motivasi. Waktunya habis ma ngerjain project. Motivasinya kalau project dikejar deadline ma client, kalau product ga yg ngejar-ngejar jadi ga beres-beres…

      • sofwan

        BIsa juga kan,dari project berubah menjadi produk, walaupun perlu ada customisasi untuk klien yang berbeda. Misal : Buat aplikasi persuratan di client A. Setelah jadi, kita bisa tawarkan ke client B, walau ada customisasi sesuai dengan keadaan client B, tetapi logic nya sama/hampir sama.

  7. Jauhari

    Sepertinya perlu juga seorang Freelancer menentukan Kapan dia menjadi seorang Freelancer Entrepeneur..

    Sehingga kesan sebagai Self Employee dimana kalau ndak kerja ndak dapat uang bisa hilang. Tapi lebih bagaimana kita dapatkan semakin banyak client dan lebih bertugas sebagai pengarah, executor atau pemecah ide bagi Teamnya…

    • yohan

      Kemaren Anggi cerita kalau ada step by step untuk menjadi freelancer enterpreneur.. Tahapannya katanya sebagai berikut:
      1. pekerja, menerima arahan apa yg harus dikerjakan
      2. analisator, menganalisa dan merancang apa yang harus dikerjakan
      3. project manager, mengelola resource dan sumber daya
      4. investor, menanam modal di project yg berpotensi

      Lebih jelasnya mungkin anggi mau menulis artikel.. Maaf kalo yang diatas salah..

    • sofwan

      Kalau freelancer dapat proyek banyak di waktu yang bersamaan, dari pada terima yang satu dan tolak yang lain, mending juga terima semua dengan outsource (kerjain 50%-50% dengan rekan lain atau cuma sebagai pengarah,dll). Asal ada dana di muka untuk bayar outsource atau outsource di bayar setelah proyek selesai (kalo teman, mungkin bisa 🙂 ).

      Kalo seperti itu, freelancer tsb udah berubah menjadi freelancer enterpreneur kan ya ?.

  8. Dez

    secara tidak langsung bekerja sebagai freelancer mendidik diri kita untuk lebih tangguh daripada sebelumnya daripada bekerja menjadi pegawai yang terkesan terlalu “disuapi” untuk setiap project yang kita kerjakan, tantangan utk menjadi freelancer memang lebih berat dari yang kita kira, masalahnya kita harus bs me-manage diri sendiri, mengasah intuisi, mendisiplinkan diri, menghidari interupsi ketika bekerja, dll.
    so im totally agree with this title : “tingkat produktifitas berbanding lurus dengan penghasilan”.

  9. alfa

    salam kenal ^^
    saya setuju dgn artikel ini..karena saya sudah mengalaminya sendiri. beberapa hal yang bisa mengganggu kinerja freelance dan pebisnis adalah:
    1. kemalasan diri..huehuehehe
    2. sarana project yang seringkali sangat sulit didapat..lama2 bikin marah, jengkel dan proses kerja pun jd terhambat
    3. menghadapi mitra yang lama pembayarannya padahal project sudah selesai dibuat..wkwkkwkw

  10. zaenal

    betull sekali mass..!!
    aku biasanya habis menyelesaikan suatu project yang berdurasi sekitar 2-3 bulan harus break dulu paling tidak 1-2 minggu sebelum beraktifitas lagi..
    selain capek juga jenuh.. apa terlalu keenakan ya…???? hehe…

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *