Personal Branding Sebagai Senjata Rahasia Para Freelancer

branding-coca-cola

Kesan apa yang pertama kali terlintas di pikiran anda kalau anda disodori daftar seperti ini:

Coca Cola, Teh Botol, Kecap ABC, Audi, Microsoft, Apple, Nokia, Blackberry, Starbucks?

Bagaimana kalau yang ini:

Jeffrey Zeldman,David Heinemeier Hansson, Steve Jobs, Kevin Rose, Jason Fried, Jason Santamaria, Gina Bolton,Veerle Pieters, Daniel Burka, Enda, Budiputra, NDorokakung, Roy Suryo?

Anda pasti bisa langsung mengenal (paling tidak sebagian besar) nama-nama diatas, dan bisa mengkaitkan setiap nama tersebut dengan paling sedikit satu atribut yang membuat produk/orang itu terkenal.

Begitu pentingnya suatu Pencitraan (Branding) di dalam proses ‘memperkenalkan’ (baca: pemasaran) suatu barang atau layanan jasa, sehinggak tidak jarang kita mendengar banyak perusahaan melaksanakan kampanye promosi besar-besaran dengan menghabiskan ratusan juta atau milyaran dollar (coba saja bayangkan Apple, Nike atau BMW).

Lalu apa tujuan sebenarnya dari Branding ini? Pada dasarnya untuk menarik konsumer supaya, pertama mengenal keberadaan produk/layanan yang dipromosikan tersebut, kedua meyakinkan konsumer bahwa produk atau layanan jasa itu adalah yang terbaik (atau paling tidah lebih baik dari produk lain yang sejenis), dan terakhir (tujuan utamanya) membuat konsumer rela untuk berpisah dengan uang di koceknya dan membeli produk atau menggunakan layanan tersebut.  Begitu pentingnya pencitraan ini sehingga kita tahu bahwa seringkali hidup matinya (make or brake) barang atau layanan tersebut tergantung sekali dengan berhasil atau tidaknya proses branding ini.

Kesuksesan dari proses pencitraan inilah yang menyebabkan mengapa banyak orang lebih memilih Coca-Cola dibanding Dr. Pepper, atau Audi dibanding Opel, atau Nike dibanding Diadora, atau Apple Mac dibanding Microsoft Windows (ya paling tidak dibanding Vista) dan seterusnya dan seterusnya.  Anda pasti bisa bikin contoh sendiri.

Sekarang pertanyaannya adalah, apakah hal ini juga berlaku dengan Pencitraan Diri (Personal Branding)? Jawabannya bisa anda terka sendiri … 100% iya!  Kalau kita coba ambil analogi yang sama seperti diatas, kita juga bisa bilang, kenapa kita lebih mengenal Steve Jobs dan bukan Steve Joes, David Beckham dan bukan David Balham, Enda Nasution dan bukan Enda Harahap, Raditya Dika dan bukan Raditya Dimana, Ndorokakung dan bukan Ndoroputri, Roy Suryo dan bukan … (err … isi sendiri deh).

Lalu, apa hubungannya semua ini dengan Freelancing?
Anda tahu kata mutiara yang berbunyi “Tak Kenal Maka Tak Sayang”?
Kata pepatah ini ‘cocok’ sekali dengan topik Pencitraan Diri yang sedang kita obrolkan.  Coba saja anda pikir, bagaimana anda mau membeli Coca Cola kalau anda tidak tahu apa-apa tentang barang ini?  Lebih lanjut lagi, bagaimana seorang klien yang sedang punya sesuatu yang butuh untuk dikerjakan, mau menyewa jasa layanan yang anda tawarkan kalau mereka tidak tahu menahu tentang anda dan keahlian yang anda punyai.

Kalaupun mereka sudah tahu (pernah dengar nama anda mungkin), darimana mereka bisa tahu secara pasti kalau anda memang orang yang ahli di bidang yang mereka butuhkan dan yang paling cocok untuk mengerjakan pekerjaan itu.
Disinilah peranan Personal Branding bisa sangat membantu untuk mengisi kekurangan ini, sekaligus menjadi senjata rahasia yang bisa memposisikan kita diatas saingan-saingan kita.

branding-secret-weapon

Senjata Rahasia

Perlu ditekankan bahwa Pencitraan Diri ini bukan hanya suatu proses untuk menjual diri begitu saja, atau suatu cara untuk mempromosikan jasa yang kita tawarkan, tapi lebih dari itu.  Dengan Pencitraan Diri, kita bukan hanya memperkenalkan diri kita ke dunia luar, atau bahwa kita ahli di bidang kita, tapi yang paling penting dalam hal ini adalah kita bisa meyakinkan khalayak ramai secara umum dan terutama calon klien kita secara khusus, bahwa kita adalah yang Terbaik (The Best)!

Ok, mungkin ini kedengaran sombong atau agak-agak narsis? Tapi harap jangan disamakan apa yang kita obrolkan disini dengan kelakuan anak belasan tahun yang nongkrong di CircleK sambil Ngalay 🙂  Karena Personal Branding tidak akan berhasil kalau cuman ngomong doang, semuanya harus bisa didukung dengan fakta-fakta dan perbuatan yang nyata 🙂

Sekarang, bagaimana caranya membangun Personal Branding ini?  Untungnya di jaman Demokratisasi Media ini, kita tidak perlu menghabiskan uang berjuta-juta untuk mulai nge-Branding.  Hanya dengan berbekal beberapa alat, yang kebanyakan gratis, sedikit waktu dan tentu saja disiplin, sudah cukup untuk memulainya.
Di tulisan yang selanjutnya, saya akan mencoba membicarakan apa saja yang bisa kita lakukan untuk membangun Pencintraan Diri ini dari mula, dan perkakas apa saja yang bisa kita gunakan untuk menunjang pembangunan ini.

Photo Attribution: Dystopos and Urbanwoodswalker

20 Comments

  1. Nafi Putrawan

    yap!
    Dimasa sekarang mempromosikan diri/branding cukup dimulai dari internet dan masyarakat (teman, saudara, etc…), dan mempromosikan produk/keahlian kita.
    Asalkan rajin untuk berpromosi 😀

  2. devin

    rela buat bernarcis juga..hahaha…right perlu banget dah tuh personal branding. Wah dari kemaren2 artikelnya Personal Branding terus neh.

  3. grandchief

    lagi belajar untuk membuat personal branding nih,dimulai dari hal-hal kecil dari social network hingga media blog untuk eksistensi diri di dunia maya

    • Chris Prakoso

      Kalo nickname tersebut bisa dibilang sudah *akrab* dengan diri anda secara individu malah justru bisa dijadikan Brand 🙂
      Misalnya, nickname saya dimana-mana @mahadewa, setiap ada layanan web baru saya selalu pake nickname ini.
      Jadi kalau anda lihat nama @mahadewa, sudah bisa hampir dipastikan bahwa itu saya 🙂
      Jadi kalau anda selalu pake nick yang sama, lama-lama orang akan mengasosiasikan diri anda pribadi dengan nick tersebut, jadilah Personal Branding.

      HTH

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *