Mitos Tentang Freelancer. Pernah Dengar?

Mitos berkembang karena kurangnya pengetahuan tentang sesuatu. Beberapa mitos diklaim berlebihan, ada yang menghasilkan kebenaran, dan sisanya hanya mitos belaka yang lebih suka dilebih-lebihkan. Di bawah ini adalah mitos yang melekat pada diri freelancer dan bagaimana mereka menikmatinya dalam kenyataan.

Sebelum membaca, mohon dicatat bahwa hal ini subyektif yang sering menjadi perbincangan di kalangan masyarakat tentang freelancer. Boleh setuju atau tidak dan silakan beri komentar ya.

Mitos #1: Freelancer Jarang Gaul

Nggak juga sih. Beberapa justru pergi bersosialisasi, eksis, dan bertemu sesama freelancer di kafe sekadar untuk rumpi di sela-sela bekerja. Seperti kebanyakan orang, freelancer juga suka menghabiskan malam untuk menonton televisi, menghadiri konser music, atau pergi ke restoran bersama pasangan.

Kenyataannya: Ya, kita tak bisa menyalahkan mereka yang nyaman bekerja dari dalam rumah. Seperti saya yang mengakui, terkadang menghitung hari dengan “berjamur” di rumah dan jarang bertemu tetangga.  😀

Mitos #2: Memilih Freelancing Karena Tak Mendapat Pekerjaan

Susah mendapat pekerjaan? Ada yang kontras dengan mitos ini. Ada yang sudah nyaman dengan pekerjaan freelancing mereka, menikmati bayaran di atas rata-rata, dan ternyata masih mendapat surat elektronik dari perusahaan yang pernah dikirimi CV, tetapi memilih tetap di rumah dan menghadapi segala kemungkinan tak terbatas dari freelancing. Beberapa orang meninggalkan pekerjaan tetapnya dan sukses menjadi freelancer (oh, saya belum termasuk jajaran mereka). Sebagian yang lain sebenarnya memilih freelancing karena tak menginginkan bos yang selalu mengomel di sekitar mereka atau karena mereka lebih suka bekerja sendiri.

Kenyataannya: Sayangnya memang ada orang-orang yang memasuki dunia freelancing karena pasar kerja terlalu penuh untuk menampung mereka atau keterampilan mereka tidak memenuhi standar perusahaan. Inilah hal yang terjadi pada siapa pun yang aktif mencari setiap kesempatan tetapi tak bisa atau tak mendapatkannya.

shutterstock_162293063

Freelancer Image via Shutterstock

Mitos #3: Freelance = Bukan Pekerjaan Berkualitas

Kebanyakan freelancer sebenarnya lebih profesional daripada orang yang bekerja di lingkungan kantor. Mereka lebih dewasa dan mampu menangani tugas yang menakutkan seorang diri, tanpa perlu bantuan dari tim atau perusahaan.

Kenyataannya: Jika penyedia jasa tidak menyiapkan pekerjaan berkualitas, pastinya dia tak akan puas dengan apa yang klien berikan padanya atau dia tak siap untuk pekerjaan itu. Sayangnya ini sebenarnya tergantung dari kemampuan penyedia jasa dan harapan klien.

Mitos #4: Freelancer Lebih Banyak Bersantai

Dan inilah mitos tentang freelancer yang disebutkan menghabiskan banyak waktu dengan tidak bekerja dan masih mendapatkan penghasilan. Beberapa di antaranya melakukan hal itu khususnya mereka yang membutuhkan inspirasi untuk bisa bekerja dengan baik.

Kenyataannya: Jika kamu mengenal seseorang yang melakukan banyak hal dengan santai dan hanya duduk manis ketika bekerja, coba cek lagi. Tentu saja, biasanya memang sedang tidak ada pekerjaan yang harus diselesaikan atau dia tipe yang bekerja dengan cepat.

Mitos #5: Waktu Kerja Freelancer Lebih Lama Dari Karyawan Kantor

Agak kontras dengan mitos sebelumnya, tapi bukankan mitos memang bertolak belakang dengan dirinya sendiri, kan? Mungkin terlihat sangat melelahkan tetapi benarkah freelancer bekerja lebih dari 16 jam sehari?

Kenyataannya: Ini hanya terjadi pada mereka yang tidak bagus dalam mengatur waktunya. Tenggat pekerjaan pada hari Jumat? Selesaikan pada hari Rabu. Catatan kecil: mereka mungkin saja menyelesaikan sejumlah pekerjaan yang dijadwalkan keesokan harinya. Bagus, kan?

Mitos #6: Freelancer Tak Pernah Menggosok Gigi Sebelum Bekerja

Tak semuanya. Hanya beberapa. Beberapa freelancer senang bekerja dengan perasaan segar dan santai. Mandi sebelum bekerja akan menambah fokus dan tiba-tiba bisa menumbuhkan ide-ide baru. Itu rahasia mandi dengan siraman ide. Pernah mengalaminya?

Kenyataannya: Tidak higenis! Tetapi kenyataannya adalah demikian. Ada seorang freelancer yang berbicara tentang keuntungan berada di rumah untuk bekerja. Dia menyebutkan bahwa menggosok gigi sebelum bicara pada bos melalui internet bukanlah sebuah keharusan. Dia sendiri mandi setiap tengah malam. Menurutmu?

Mitos #7: Freelancer Adalah Pekerja Rendah

Inilah yang sesungguhnya terjadi pada kebanyakan freelancer pemula ketika mereka tidak mengetahui berapa biaya jasa yang yang seharusnya mereka tagih kepada klien. Tetapi kenyataannya banyak freelancer ahli yang tak ditemukan meski ada di sekitarmu. Agar adil, untuk pemula harusnya tidak masalah untuk menghargai jasanya dengan murah sementara membangun nama baik.

Kenyataannya: Freelancer setuju dibayar rendah untuk dua alasan: 1. Tak ada tabungan dan 2. Dipecat.

Mitos #8: Sudut Pandang Klien: Risiko

Menyewa freelancer untuk proyek besar adalah risiko tingkat tinggi. Sebenarnya, kebanyakan freelancer ketika kejatuhan durian runtuh berupa proyek besar dengan bayaran keren, tidak akan melakukan apapun yang bisa membuatnya ditendang dari proyek.

Kenyataannya: Di mana ada asap, di sana pasti ada api. Sayangnya ada saja freelancer yang tak cukup dewasa untuk mengambil tanggungjawab. Untuk klien di luar sana, ingatlah bahwa kesalahan yang kecil tak merefleksikan keseluruhannya.

Jadi, nomer berapa yang menjadi bagian dirimu?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *