Ketika Seorang Penulis Malas Menulis

Yaksip! Kebayang bagaimana jadinya jika seseorang yang mengaku berprofesi sebagai penulis tetapi malasnya mengalahkan kura-kura berjalan?

Sering mendengar ratapan anak tiri 😆 eh, maksud saya, keluhan sebagian penulis yang intinya bilang, “Wah, kena writer’s block nih!” Kemudian menjauh dari meja dan berbaring di sofa… sampai ketiduran 😀 “Mood-nya lagi dicari dulu.” Hilang di supermarket? Coba dijemput dulu deh. 😀

Bangun tidur, apa yang dilakukan seorang penulis? Rata-rata yang saya tahu dari beberapa teman sih… Bengong. Biasanya, bagi yang sudah punya jadwal melanjutkan draft tulisan, meneruskan halaman berikutnya. Tetapi untuk saya pribadi, di tengah ritual mengumpulkan nyawa di pagi hari, sering sekali mendapatkan ide untuk menulis tema lain. Apa tindakan saya? Sebelum membuka laptop, saya langsung membuka ponsel dan mencatat ide yang baru saja melintas pada notes atau aplikasi Evernote (dan banyak aplikasi menyimpan tulisan lain kan ya di Google Play?)

Tapiii… Jin perusak mood memang punya berjuta cara untuk membuat saya enggan meneruskan tulisan. Ditaburnya serbuk mengantuk di mata saya (dan sekarang pun saya sudah menguap lebih dari sepuluh kali). Atau membelokkan mata saya ke tab media sosial dan mulai stalking sampai pegal. Atau menghilangkan ingatan tentang lanjutan tulisan di pikiran saya dengan mengalihkannya ke topik lain yang remeh temeh. “Princess Cetar sekarang bikin gosip apa?” “Siapa pemain Arsenal yang baru?” “Cara memakai maskara yang benar itu gimana sih?” Absurd? Banget! Selalu ada yang membuat saya sejenak (atau bahkan berjam-jam) lupa dan malas menulis.

Atas Nama Riset

“Kurang liburan nih!” Salah satu sikap defensif seorang penulis yang duduk di hadapan gadget tetapi hanya menatap halaman MS Word tanpa berbuat apapun. “Butuh riset,” adalah sambungan dari ingin berlibur tadi. Kenyataannya, tidak semua tulisan membutuhkan riset dengan mendatangi tempat yang dimaksud secara nyata. Apalagi kalau tulisan itu memiliki tenggat waktu yang lumayan mepet. Dalam waktu seminggu, tulisan tentang daerah wisata Ladakh di India harus selesai sementara si penulis belum pernah ke sana.

“Tapi kan, gak mungkin hanya lewat rumahnya Om Google!” Terus saja berkilah. Ada beberapa tulisan yang saya baca dan saya bertanya kepada penulisnya, berapa lama waktu riset yang dibutuhkan? “Duduk manis di depan rumah Om Google sudah cukup. Waktu tidak memadai untuk langsung ke lokasi. Selebihnya, kepandaian meramu kata dan menggunakan diksi yang tepat. Tugas penulis kan itu?” jawab seorang teman sambil memberikan emoticon “:)” dalam chat kami.

Referensi Tulisan

Seorang penulis harus membuang kutukan ‘malas’ dan terus mencari banyak sumber tulisan hingga berbobot dan meyakinkan pembaca. Referensi tulisan harus dicari dari sumber yang bisa dipercaya keabsahan dan keasliannya. Terlalu banyak blog atau website dan bahkan portal berita yang menampilkan tulisan hoax alias odong-odong. Kalau tidak yakin dengan keaslian sumber referensi, sebaiknya tidak ditampilkan. Urusannya bisa berabe nanti. Kamu bisa dituduh mencemarkan nama baik. Ingat dong kasus Ahmad Dhani yang disebut sudah bersumpah akan memotong alat kelamin? Di zaman sekarang, ketika sebuah tulisan singkat di media sosial sudah bisa dijadikan sumber berita, keotentikannya diurus belakangan. Menjadi berita pertama yang muncul di internet adalah keharusan. Meski kemudian, saya merasa ini terlalu lebay. Seberapa penting cross check referensi sumber berita? Kamu bisa menilainya sendiri 😉

shutterstock_160376561

Freelancer Image via Shutterstock

Cek Asupan Gizi

Disadari atau tidak, segala yang masuk ke dalam tubuh memengaruhi kerja organ dan efeknya terasa di setiap kegiatan dan perilaku. Apa sih menu yang membuatmu mengantuk setelah makan? Apa minuman yang bisa membangkitkan semangat? Sayuran, buah, lauk, dan bahkan makanan sampah instan yang-nampak-enak-tetapi-merusak-karena-malas-memasak itu tak pernah bisa lepas dari apa yang kita sebut pekerjaan berkualitas.

Pernah mendengar tentang super food? Blueberry, teh, bayam, brokoli, yogurt, dan kacang kedelai adalah beberapa makanan yang dipercaya bisa membuat tubuh sehat tanpa harus mahal dan ribet. Dijamin, rasa malas untuk meneruskan tulisan akan lenyap 😉

Kamu punya trik khusus menghalau jurig (setan) malas? Silakan tuliskan di bagian komentar ya.

One Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *