Kekuatan Sebuah Perubahan (Bagian I)

Beberapa waktu lalu saya mendengar kalimat yang bagus, “Perubahan adalah kepastian, perubahan adalah keniscayaan”. Sebuah kalimat yang membuat saya tersadar bahwa secara global kita sedang dalam masa transisi ke arah munculnya sesuatu yang baru (kekuatan militer dan atau ekonomi, sistem finansial dan atau pemerintahan, atau sebuah kepercayaan baru).

shutterstock_161549912

Freelancer Image via Shutterstock

Tapi sudahlah, itu akan saya bahas lain kali saja.  Sekarang kita bicara “perubahan” dalam skala yang lebih kecil dan lebih dekat.

Kekuatan Perubahan Dalam Dunia Kerja

Kekuatan Perubahan Dalam Dunia Kerja - Kekuatan Sebuah Perubahan (Bagian I) - natashaalfira.wordpress.com

Kekuatan Perubahan Dalam Dunia Kerja – Kekuatan Sebuah Perubahan (Bagian I) – natashaalfira.wordpress.com

Kita sudah melihat dan mengalami banyak perubahan.  Perubahan moda transportasi dari sepeda menjadi kendaraan bermotor, perubahan dari televisi tabung hitam putih menjadi televisi LCD, perubahan pengetikan dari mesin tik menjadi komputer, perubahan ucapan selamat dari bentuk kartu menjadi deretan pesan singkat melalui layar ponsel atau komputer, dan masih banyak lagi.  Serta satu yang pasti, perubahan diri kita dari bayi menjadi manusia dewasa.  Di sinilah kita sekarang dan di sinilah kita akan diuji dengan gempuran perubahan.

Bagi para pekerja senior, “perubahan” itu berarti datangnya anak-anak muda dengan semangat baru dan visi yang tak terbayangkan sebelumnya.  Saya ingat sewaktu masih bekerja di sebuah televisi swasta (yang kebetulan sekarang sedang dalam masa perubahan), jujur saya sering takjub dengan ide-ide orang-orang muda ini, meski sejujurnya mereka masih lemah di teknis eksekusi karena kurangnya pengalaman.  Di sinilah peran para pekerja senior seharusnya, merangkul dan “melebur” bersama mereka, dan bukannya bertindak sebagai orang yang seolah tahu segalanya.

Kenapa begitu?  Dengan merangkul mereka, kita bisa mendapatkan ide-ide baru yang menurut istilah seorang teman “out of the box“.  Lagipula dengan menjadi – katakanlah – mentor bagi pekerja muda, posisi yang dijabat si pekerja senior tadi justru akan lebih aman karena si pekerja muda tadi akan menganggap si senior sebagai sosok panutan yang pantas menduduki jabatan tersebut.  Keadaan akan berbeda apabila si pekerja senior bersikap “killer” dan otoriter, si pekerja muda tadi malah akan berusaha membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari si pekerja senior.  Ini malah akan mengancam jabatan si senior.

Bagaimana bila si senior kebetulan bukan seorang yang memiliki jabatan?  Tak berbeda, karena dengan merangkul pekerja muda, akan ada kemungkinan si senior bisa memperpanjang masa pengabdiannya di perusahaan. Bayangannya adalah karena bisa jadi si pekerja muda tersebut suatu saat kelak akan menduduki jabatan di perusahaan.

Tapi masa’ iya sih kita mau terus menerus menjadi pekerja?  Ini juga suatu momen perubahan.

(tulisan ini pernah dimuat di Kompasiana)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *