Dear Newbie, Please Be Nice

shutterstock_133095065

Freelancer Image via Shutterstock

Ada yang menarik setiap berurusan dengan seseorang yang baru pertama kali terjun menjadi freelancer atau posisinya dibalik, kita yang menjadi si newbie. Kita lihat dari kedua sisinya ya. 🙂

Menghadapi Si Newbie

Menghadapi Si Newbie - Dear Newbie, Please Be Nice - elle.sg

Menghadapi Si Newbie – Dear Newbie, Please Be Nice – elle.sg

Pernah bertemu orang dengan kondisi seperti ini? Membahas tentang teknologi yang kian maju dengan semangat dan nampak meyakinkan, tapi attitude-nya tidak menunjukkan seorang profesional. Disadari ataupun tidak, dia suka merendahkan dengan asal ngomong. Biasanya sih, mereka ini tipe generasi instan yang tahunya semua sudah beres dan siap dinikmati. Lihat saja ke teras rumah Mbah Google, berapa banyak resource yang sangat memudahkan nyaris semua pekerjaan kita? Tanpa perlu banyak berpikir, semua sudah lengkap tersaji. Menjadi semakin tertantang untuk berkreasi atau justru semakin malas? Newbie penyuka tantangan tentu penasaran akan mencoba lebih baik. Sudah terbayang kebalikannya? Copy, paste with less editing, then talking like a master. *uhuk*

Seorang pekerja kreatif bidang apapun, jika hidup dengan keterbatasan biasanya lebih penasaran dan tak betah untuk segera mengulik dan bongkar pasang plus jago banget mencari celah sesempit apapun dan merasa yakin akan ada solusinya. Iya, ibarat terjebak di jalanan yang macet, pasti mata sudah berkilat celingukan mencari satu jalan tikus agar segera terbebas dari masalah. Keterbatasan itu banyak macamnya. Tak ada akses internet? Hidup di zaman ketika Mbah Google belum pindah ke dunia maya (mengalami masa sumber bacaan online terbatas dari Om Yahoo?) atau modal membeli bahannya sangat terbatas meski bisa mengakses internet? Ada keterbatasan lainnya? Orang tangguh semacam ini juga biasanya punya stok sabar yang banyak meski terkadang jenuh menyerang. Memiliki daya juang tinggi dan belum akan berhenti jika hati belum berkata puas. Dan biasanya attitude lebih baik. Tahu dong ya, karena proses itu mendewasakan. *tsaaaahh*

Di zaman sekarang, aneka software dan hardware semakin canggih dan mudah didapatkan. Koneksi internet lebih kencang (laskar pencari wifi gratisan, mana suaranya?), plus tutorial pun kian banyak. Seharusnyaaaaa… Semua fasilitas yang ada di depan mata ini bisa membuat kita semangat untuk menghasilkan karya terbaik, kan? Tetapi lihatlah beberapa newbie sekarang. Mereka berkarya? Ya! But take a look at this point: yang ada makin buruk result-nya. Tersinggung? Jangan. Buktikan kalau kamu bisa lebih baik lagi. 😉

Kita Adalah Si Newbie

Kita Adalah Si Newbie - Dear Newbie, Please Be Nice - mark-up.it

Kita Adalah Si Newbie – Dear Newbie, Please Be Nice – mark-up.it

Menjadi seorang freelancer, semakin tinggi jam terbang, akan semakin dikenal orang. Pasti. Itu pun secara alami akan membentuk personal branding kita, kan? Tapiiii… Banyak lho freelancer yang ahli di bidang desain grafis, ternyata lulusan Fakultas Ekonomi. Heu. Ada penulis berbakat jebolan Teknik Sipil. Ada juga lulusan Pertanian ternyata berprofesi sebagai interpreter. Ada yang aneh? Nggak ada. Itu passion yang kita cintai dan kita tekuni sebagai profesi serius. Makanya, banyak yang kaget ketika kita dikenal sebagai seorang web programmer ternyata lulusan FKM. Tetapi ada juga kan pekerja kreatif lulusan SMA / sederajat dan hasilnya lebih keren daripada si sarjana? Admit it, please 😉 Soalnya banyak yang bilang malu kalau diajar bukan oleh sarjana apalagi melenceng dari jurusannya. Minimal harus bergelar. Ya sudahlah yaaa… Nggak apa-apa. Bukan rezeki.

Not to forget these points:

  • Jangan pernah berhenti belajar. Asah terus keterampilan. Cari referensi baru, berkenalan dengan orang-orang lain lagi di tempat baru.
  • Jadilah diri sendiri. Membual itu sesuatu yang akan membahayakan karirmu sendiri. Buat apa mengatakan kamu lulusan S2 luar negeri padahal hanya D3 kampus lokal? Percaya diri itu wajib. Dipandang sebelah mata? No problem. Mungkin orang lain belum mengenalmu. Inilah waktunya memperkenalkan diri. Sebar kartu nama atau PIN BBM atau nomer Whatsapp.
  • Tidak usah malu jika memang kemampuan masih terbatas. Tapi beranikan diri untuk berkata, “Saya siap belajar. Mohon bimbingannya.” *kemudian membungkuk ala benteng Takeshi*
  • Terakhir, jangan lupa terus memperbarui portfolio, yes! Setiap hasil belajarmu coba ditampilkan juga. Terkadang, ada klien yang justru lebih tertarik dengan sample dan menginginkan karya contoh atau bahkan yang menurutmu gagal, lho 😉 Jangan dibuang!

Apa pengalamanmu sebagai newbie? Dicaci maki? Dicuekin?

Bagaimana kamu menghadapi seorang newbie  belagu? Hilang selera makan? 😀

Kita akan merasakan dua posisi itu secara bergantian sebelum kerajaan api menyerang. *eh* Selamat menjadi guru dan murid di saat yang sama! Karena ketika berbagi ilmu, justru akan semakin terasa kita pun membutuhkan lebih banyak ilmu yang akhirnya membuat kegiatan mengajar dan diajar menjadi semacam zat addictive untuk diri sendiri. Percaya?

5 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *